BPK Banustra Wilayah XV Lakukan Pemeliharaan Situs Wadu Pa’a

Kota Bima, 14 Juni 2025, Media Baru NTB — Balai Pelestarian dan Konservasi (BPK) Bali Nusa Tenggara (Banustra) Wilayah XV melakukan kegiatan pemeliharaan pada situs bersejarah Wadu Pa’a yang terletak di Desa Kananta, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai Rabu, 11 Juni hingga Sabtu, 14 Juni 2025, sebagai tindak lanjut dari hasil studi konservasi yang telah dilakukan pada April lalu.

Studi konservasi tersebut menemukan adanya kerusakan pada relief batu yang disebabkan oleh pelapukan biologis seperti tumbuhnya lumut dan jamur, serta pelapukan fisis akibat cuaca dan perubahan suhu.

Untuk menangani masalah ini, tim BPK Banustra menerapkan empat tahapan pemeliharaan. Dimulai dengan pembersihan mekanis kering untuk menghilangkan debu dan kotoran dari permukaan relief. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan tradisional menggunakan minyak emulsi sereh wangi yang disemprotkan secara hati-hati. Tahap ketiga adalah pembersihan mekanis basah, guna mengangkat sisa lumut dan debu pasca penyemprotan. Hari terakhir ditutup dengan tahap konsolidasi, yaitu penguatan material tanah dan batu yang mulai rapuh agar lebih kokoh dan tidak mudah rusak.

Staf Perlindungan Cagar Budaya BPK Banustra Wilayah XV, Ni Wayan Karolina, menekankan pentingnya pelestarian situs bersejarah ini.

“Wadu Pa’a adalah salah satu situs penting di Bima yang memiliki nilai historis tinggi. Kami berupaya menjaga agar relief yang ada tidak semakin rusak oleh faktor alam. Setiap tahapan dilakukan secara hati-hati dan sesuai standar konservasi nasional,” ujar Ni Wayan Karolina.

Ia juga menambahkan bahwa partisipasi masyarakat sekitar sangat penting dalam menjaga kelestarian situs:

“Kami berharap masyarakat turut menjaga situs ini setelah kegiatan pemeliharaan selesai. Tanpa dukungan masyarakat, pelestarian tidak akan maksimal,” tambahnya.

Situs Wadu Pa’a merupakan tinggalan arkeologi yang unik, dengan relief yang dipahat langsung pada dinding tebing batu kapur menghadap Teluk Bima. Situs ini tidak hanya menyimpan jejak sejarah, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya masyarakat Bima..(syiva)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *