Kota Bima, 23 Mei 2025 — Jumat pagi, langkah-langkah Wali Kota Bima, H. A. Rahman H. Abidin, S.E., menyusuri lorong-lorong RSUD Kota Bima, memeriksa satu per satu ruang layanan. Tanpa pemberitahuan resmi, ia hadir langsung di tengah aktivitas rumah sakit, memastikan pelayanan berjalan sebagaimana mestinya.
Ditemani Asisten I Setda Bidang Pemerintahan dan Kesra, Drs. H. Alwi Yasin, M.AP., serta Kepala Dinas Kesehatan Ahmad, S.Sos., M.Kes., sidak ini menyasar sejumlah titik penting: mulai dari IGD, ruang rawat inap, ICU, laboratorium, hingga ruang isolasi. Misinya jelas—memastikan standar pelayanan kesehatan dipenuhi, bahkan ditingkatkan.
“Pelayanan kesehatan itu bukan soal prosedur semata, tapi tentang kepekaan dan tanggung jawab kita terhadap sesama manusia,” ujar Wali Kota tegas, saat berbicara kepada sejumlah tenaga medis dan staf di ruang layanan.
Ia menyoroti langsung kondisi kebersihan ruangan, keramahan petugas, dan kesiapan alat medis. Tak hanya itu, ia mengingatkan agar budaya kerja berbasis etika dan empati dijadikan prinsip utama. Lima nilai sederhana namun krusial kembali ia tekankan: Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun.
“Budaya 5S ini sederhana, tapi sangat berdampak. Pasien yang dilayani dengan ramah akan merasa lebih nyaman, dan itu bisa mempercepat proses penyembuhan mereka,” katanya lagi.
Dalam sidaknya, Wali Kota juga berdialog dengan sejumlah pasien dan keluarga, mendengar langsung keluhan dan harapan mereka. Ia menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh tinggal diam jika ada kekurangan dalam pelayanan publik, terutama di sektor kesehatan.
Lebih jauh, ia meminta pihak rumah sakit untuk sigap dalam merespons kendala teknis seperti alat rusak atau fasilitas tidak layak. Ia menginginkan sistem yang tanggap dan tidak berbelit, karena kesehatan menyangkut keselamatan nyawa.
“Saya tidak ingin rumah sakit ini sekadar bangunan besar. Harus ada ruh pelayanan, komitmen, dan integritas dari semua petugas, dari dokter hingga petugas kebersihan,” tegasnya.
RSUD Menuju Pelayanan Prima
Kegiatan inspeksi ini sekaligus menjadi refleksi penting: bahwa reformasi layanan publik tidak bisa berhenti di meja kebijakan. Harus turun ke lapangan, menyentuh realitas, dan mendengarkan suara dari balik masker pasien.
Dengan langkah ini, Pemerintah Kota Bima ingin memastikan RSUD tidak hanya berfungsi sebagai pusat layanan medis, tetapi sebagai ruang yang manusiawi, ramah, dan terpercaya. Wali Kota mengajak seluruh pihak menjaga semangat ini—bahwa pelayanan kesehatan adalah amanah yang tak boleh dikompromikan.(Syiva)