Kabupaten Bima, 14 Juni 2025, Media Baru NTB – Meski bukan bagian dari komisi yang membidangi kebudayaan, anggota DPRD Kabupaten Bima asal Kecamatan Sanggar, Lila R Sukendy, menunjukkan kepedulian luar biasa terhadap pelestarian budaya Bima. Ia tak pernah absen dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya pelestarian dan konservasi objek diduga cagar budaya (ODCB).
Seperti yang terlihat pada Sabtu (14/6), saat tim Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XV Bali Nusa Tenggara melakukan konservasi di Situs Wadu Pa’a, Desa Kananta, Kecamatan Soromandi. Lila hadir langsung di lokasi, didampingi sopir dan pemilik perahu, untuk menemani tim BPK bersama tim Museum Samparaja, perwakilan Sigarda Indonesia, Kurator asal Australia, dan Manajer Geopark Tambora.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Museum Samparaja Dr. Dewi Ratna Muchlisa, M.Hum dan Koordinator Wilayah Sigarda Indonesia NTB menyampaikan sejumlah usulan kepada Lila. Poin utama yang mereka dorong adalah pentingnya penetapan Situs Wadu Pa’a sebagai Cagar Budaya tingkat daerah.
“Jika sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Daerah, maka langkah selanjutnya adalah mendorong pengusulan ke tingkat nasional,” jelas Dewi Muchlisa.
Aktivis budaya, Ihsan, yang turut hadir, juga menyampaikan dorongan kepada Lila agar Kabupaten Bima segera membentuk Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) sendiri.
“Di NTB ini, seingat saya baru Kabupaten Sumbawa yang sudah punya TACB. Bahkan saat penetapan objek cagar budaya di Kota Bima tahun lalu, Pemkot Bima harus mendatangkan TACB dari Sumbawa. Padahal, Kabupaten Bima memiliki banyak potensi ODCB yang layak ditetapkan,” kata Ihsan.
Sementara itu, Baharudin alias La Ndolo Conari, Manajer Pendidikan dan Kebudayaan Geopark Tambora, menyarankan penanaman pohon pelindung di sekitar Situs Wadu Pa’a. Tujuannya adalah untuk melindungi situs dari angin kencang dan paparan sinar matahari langsung yang dapat mempercepat kerusakan permukaan situs.
Kehadiran Lila R Sukendy dalam kegiatan ini memberi harapan baru bagi upaya pelestarian warisan budaya di Kabupaten Bima. Komitmennya diharapkan dapat menjadi penghubung antara komunitas pelestari budaya dengan pengambil kebijakan di daerah.